
Oleh : Rika Prasatya )*
Sejak resmi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024, Prabowo Subianto telah menunjukkan gaya kepemimpinan yang tegas, berani, dan berpihak pada kepentingan nasional. Salah satu prestasi paling menonjol adalah keberhasilan negosiasi ulang tarif impor dengan Amerika Serikat (AS), yang membawa dampak positif bagi sektor manufaktur nasional.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO), Hasan Nasbi membenarkan penurunan tarif impor yang dipatok Amerika Serikat ke Indonesia, dari semula 32 persen menjadi 19 persen, terjadi karena adanya negosiasi langsung yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto kepada Presiden AS Donald Trump.
Menurutnya, penurunan itu tidak dapat dikatakan sebagai kemajuan dan keberhasilan yang kecil. Hasan mahfum, perjuangan Indonesia agar mendapat penurunan tarif impor AS tak terlepas dari upaya tim negosiasi yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Hasan Nasbi menjelaskan, tarif impor dari AS kepada Indonesia menjadi yang terendah dibanding negara-negara ASEAN. Hasan mengatakan, sebelum Indonesia, Vietnam menjadi ukuran keberhasilan negosiasi dengan pemeritnah Amerika Serikat karena menghasilkan penurunan tarif menjadi sebesar 20 persen dari yang awalnya 46 persen.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan bahwa para pelaku industri nasional sangat mengapresiasi capaian Presiden Prabowo dalam upaya merundingkan kembali tarif impor Indonesia ke Amerika. Menurutnya, ini merupakan bukti nyata dari kepemimpinan Prabowo dalam memperjuangkan kepentingan industri dalam negeri di kancah global.
Keberhasilan ini dirasakan nyata di sektor padat karya, seperti tekstil dan alas kaki, dimana tarif yang lebih kompetitif membuka akses ekspor lebih luas. Menteri Agus menyebut bahwa perubahan tarif tersebut akan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar AS. Hal ini juga berdampak langsung terhadap industri terutama utilisasi, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan struktur industri nasional. Ini menjadi strategi efektif untuk meningkatkan produksi domestik dan menyerap tenaga kerja, sekaligus mengokohkan posisi Indonesia dalam rantai pasok global.
Sementara itu, Presiden Komisaris NT Corporation, Nurdin Tampubolon, turut menyambut positif dan mengapresiasi keberhasilan Presiden Prabowo Subianto melobi Presiden Donald Trump untuk menurunkan tarif resiprokal kepada Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen.
Sebagai pengusaha, Nurdin Tampubolon menyatakan turunnya tarif resiprokal kepada Indonesia adalah berita baik. Dikatakan Indonesia mendapatkan suatu insentif yang cukup besar dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Apalagi dibandingkan dengan negara China dan negara-negara yang besar. Untuk itu, keberhasilan Pemerintah melobi AS harus didukung.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Donald Trump terhadap Indonesia adalah salah satu contoh yang bisa dilakukan oleh bangsa Indonesia dan pemerintahan Prabowo Subianto. Ia percaya keberhasilan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menegosiasi tarif impor tersebut dapat menjadi daya dorong kepada seluruh stakeholder Indonesia. Secara khusus Pemerintah dan para pengusaha dalam hal ini entepreneur, praktisi untuk mendukung produktivitas daripada produk-produk Indonesia semakin bagus.
Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya menilai bahwa tarif dagang yang dikenakan AS ke Indonesia menjadi salah satu yang terendah di Asia. Presiden Prabowo mengambil peran langsung dalam proses negosiasi dengan semangat memperjuangkan kepentingan nasional.
Seskab Teddy menyebut kesepakatan tarif dagang ini memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global. Apalagi, pencapaian ini datang tidak lama setelah Indonesia dan Uni Eropa menyepakati tarif dagang nol persen yang turut memperluas akses pasar produk nasional di kawasan Eropa. Lebih lanjut, Seskab Teddy menyampaikan bahwa hasil kesepakatan ini akan segera ditindaklanjuti oleh menteri terkait, yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Keberhasilan Presiden Prabowo menegosiasikan penurunan tarif impor AS menjadi 19?persen adalah tonggak diplomasi ekonomi Indonesia. Langkah ini tidak hanya menumbuhkan kepercayaan diri diplomatik bangsa di panggung global, tetapi juga membuka peluang nyata bagi eksportir nasional.
Negosiasi tarif bukanlah perkara mudah. Menghadapi AS, salah satu mitra dagang terbesar sekaligus negara dengan kebijakan proteksionis yang kuat, memerlukan diplomasi yang cermat dan kepemimpinan yang tegas. Penurunan tarif ini menunjukkan bahwa pemerintah mampu menjalin komunikasi bilateral yang efektif, serta dapat menunjukkan nilai tambah dan potensi ekonomi Indonesia secara meyakinkan kepada mitra dagang besar.
Disisi lain, dengan penurunan tarif ini, biaya masuk barang Indonesia ke pasar AS akan lebih rendah, sehingga harga produk Indonesia menjadi lebih kompetitif. Ini membuka peluang peningkatan ekspor, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan industri dalam negeri, khususnya sektor yang selama ini terhambat oleh tarif tinggi seperti tekstil, furnitur, produk agrikultur, hingga barang-barang manufaktur.
Keberhasilan ini adalah pijakan awal untuk terus mendorong perjanjian dagang yang lebih adil dan saling menguntungkan. Pemerintah perlu terus melibatkan pelaku usaha, menjaga kualitas produk, dan memperluas diplomasi ekonomi agar capaian ini menjadi fondasi kokoh bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan demikian, langkah Presiden Prabowo ini tidak hanya pantas didukung, tetapi juga diberi apresiasi tinggi sebagai bentuk keberpihakan pada kepentingan nasional dan kemajuan ekonomi Indonesia.
)* Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia