Oleh : Andika Pratama
Indonesia tengah memasuki babak baru dalam perjalanan ekonominya, di mana hilirisasi dan investasi strategis menjadi dua pilar penting untuk mengakselerasi pertumbuhan dan memperkuat daya saing bangsa. Di tengah momentum ini, peran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) menjadi sorotan utama. Dengan mengelola aset mencapai Rp14 ribu triliun atau setara hampir 1 triliun dolar AS—sekitar 80 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional—Danantara berada pada posisi strategis untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Chief Economist Danantara Indonesia, Reza Yamora Siregar, menegaskan bahwa pihaknya telah memiliki peta jalan model bisnis jangka panjang yang terukur. Keyakinan ini bukan tanpa dasar. Dengan kondisi saat ini, perekonomian Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5 persen, dan bila peta jalan ini dieksekusi secara konsisten, target ambisius pertumbuhan 6–7 persen diyakini dapat tercapai. Menurutnya, peluang ini terbuka lebar apabila pengelolaan aset dilakukan secara optimal dengan fokus pada sektor-sektor strategis yang memiliki daya ungkit tinggi.
Fokus Danantara pada investasi di sektor mineral dan sumber daya alam, energi, ketahanan pangan, kesehatan, asuransi, hingga dana pensiun mencerminkan strategi yang berorientasi pada kebutuhan mendasar bangsa sekaligus mengikuti tren global. Hilirisasi mineral misalnya, bukan hanya memberi nilai tambah pada komoditas dalam negeri, tetapi juga menciptakan rantai pasok industri yang mampu menyerap tenaga kerja dan memperkuat neraca perdagangan. Sementara itu, investasi di sektor energi dan ketahanan pangan akan memperkokoh pondasi kemandirian nasional, mengurangi ketergantungan impor, dan meningkatkan daya tahan ekonomi terhadap gejolak global.
Dukungan terhadap peran Danantara juga datang dari Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, yang menilai percepatan investasi dan hilirisasi di berbagai sektor strategis oleh BPI Danantara akan menjadi penggerak penting bagi penguatan ekonomi nasional. Ia menyoroti bahwa langkah ini akan memberikan efek pengganda yang signifikan, terutama dalam menciptakan lapangan kerja baru dan memperluas basis produksi nasional. Menurutnya, keberadaan Danantara mampu memperkuat komponen pertumbuhan ekonomi seperti Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), yang menjadi indikator utama kesehatan investasi nasional.
Hilirisasi dan investasi strategis bukan sekadar jargon pembangunan. Keduanya memiliki peran konkret dalam membangun ekosistem ekonomi yang berkelanjutan. Hilirisasi memungkinkan Indonesia memanfaatkan sepenuhnya kekayaan sumber daya alamnya dengan menambah nilai di dalam negeri, sementara investasi strategis memastikan adanya aliran modal yang menggerakkan sektor-sektor prioritas. Danantara, dengan mandat dan kapasitas yang dimilikinya, dapat menjadi penghubung antara potensi sumber daya yang ada dan kebutuhan pasar, baik domestik maupun internasional.
Posisi Indonesia yang semakin dilirik oleh investor asing dari berbagai negara seperti China, Jepang, dan Uni Eropa menunjukkan bahwa daya tarik ekonomi nasional semakin kuat. Hal ini menjadi peluang emas yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh Danantara. Dengan reputasi dan kapasitas pengelolaan aset yang dimiliki, Danantara dapat menjadi pintu masuk utama bagi investor untuk berpartisipasi dalam proyek-proyek strategis yang tidak hanya menguntungkan secara komersial, tetapi juga berdampak positif bagi pembangunan nasional.
Lebih dari itu, keberadaan Danantara selaras dengan visi besar Indonesia 2045 untuk menjadi negara maju. Dengan pengelolaan aset yang efektif, Danantara tidak hanya mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mendorong transformasi struktural yang diperlukan untuk mencapai kemajuan jangka panjang. Transformasi ini mencakup diversifikasi ekonomi, penguatan industri dalam negeri, serta peningkatan kapasitas teknologi dan inovasi.
Keberhasilan Danantara dalam menjalankan perannya akan sangat bergantung pada konsistensi dalam melaksanakan peta jalan yang telah disusun, kemampuan beradaptasi terhadap dinamika pasar global, serta kolaborasi erat dengan berbagai pemangku kepentingan. Reformasi struktural yang terus digalakkan oleh pemerintah menjadi fondasi penting untuk membangun iklim investasi yang sehat, transparan, dan kompetitif.
Dalam konteks pembangunan berkelanjutan, Danantara juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa investasi yang dilakukan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan tidak hanya berdampak pada peningkatan PDB, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Pendekatan ini sejalan dengan tren global di mana investor semakin mempertimbangkan keberlanjutan dalam pengambilan keputusan investasi.
Peran Danantara sebagai lokomotif hilirisasi dan investasi strategis tidak hanya akan mengubah lanskap ekonomi Indonesia, tetapi juga mengukuhkan posisi negara ini di mata dunia. Keberhasilan dalam mengelola aset besar dan menyalurkannya ke sektor-sektor prioritas akan menjadi contoh nyata bagaimana sebuah lembaga dapat menjadi katalis transformasi ekonomi. Ini adalah kesempatan emas untuk membuktikan bahwa Indonesia mampu mengelola kekayaannya secara bijak demi kemakmuran bersama.
Melihat potensi, kapasitas, dan dukungan yang ada, optimisme terhadap masa depan Danantara sangat beralasan. Dengan sinergi antara visi strategis, pelaksanaan yang konsisten, dan komitmen pada prinsip keberlanjutan, Danantara berpeluang besar menjadi lokomotif yang membawa Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan. Momentum ini tidak boleh disia-siakan, karena keberhasilan Danantara akan menjadi salah satu tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju kemajuan di era globalisasi yang semakin kompetitif.
*Penulis adalah Pengamat Ekonomi