KPU Jawa Barat telah melaporkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak pilih pada Pemilu 2019 dinilai tinggi, mencapai sekitar 82 persen, dan diperkirakan akan meningkat pada Pemilu 2024.
Menurut Reza Alwan Sovnidar, Ketua Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat KPU Jawa Barat, “Partisipasi pada tahun 2019 sudah melebihi rata-rata nasional sebesar 77,5 persen,” saat berbicara di Cirebon pada hari Sabtu.
Dari angka tersebut, Reza menjelaskan bahwa sekitar 18 persen masyarakat di Jawa Barat tidak hadir di tempat pemungutan suara (TPS) untuk menggunakan hak pilih mereka. Namun, ia menekankan bahwa persentase ini tidak termasuk dalam kategori pemilih golput.
Reza menjelaskan bahwa ada berbagai alasan mengapa masyarakat tidak dapat datang ke TPS untuk mencoblos, seperti karena alasan kesehatan, perjalanan jauh, dan lainnya.
“Kami tidak menggolongkannya sebagai golput (golongan putih) karena ada beragam alasan yang mendasarinya. Kami berharap angka tersebut tidak akan bertambah pada tahun 2024,” katanya.
Untuk mengurangi angka golput pada Pemilu 2024, KPU Jawa Barat secara teratur mengadakan program edukasi dan sosialisasi, terutama untuk pemilih pemula yang sebagian besar adalah generasi milenial dan generasi Z.
Reza juga mengungkapkan bahwa dari total 35,7 juta daftar pemilih tetap (DPT) di Jawa Barat, sekitar 7,5 juta orang adalah pemilih pemula yang akan mencapai usia 17 tahun pada saat Pemilu 2024 diadakan.
“Kami melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah dan kampus, serta menerima undangan sebagai narasumber,” ujarnya.
Dengan angka DPT sebanyak 35,7 juta, Reza menekankan bahwa Jawa Barat memiliki jumlah pemilih terbanyak di seluruh Indonesia untuk Pemilu mendatang.
“Kami, dari KPU Jawa Barat, berkomitmen untuk meningkatkan partisipasi pada Pemilu 2024. Semoga kita dapat mencapai peningkatan yang lebih baik,” ucapnya
(nay)
About Author
