Ternyata Ada Campur Tangan Belanda dalam Sejarah Gelar Haji di Indonesia

Sejarah gelar haji (Unsplash/ibrahim uz)

jabartrigger.com – Sebentar lagi, umat Muslim yang sudah terdaftar dan mendapat giliran untuk haji 2022 akan segera diberangkatkan menuju tanah suci untuk melaksanakan ibadah rukun Islam ke-5 tersebut. Mereka nantinya akan tiba di tanah suci, mengenakan pakaian ihram, dan mendapat gelar haji usai selesai melaksanakan ibadah.

Tetapi tahukah anda, bahwa Nabi Muhammad SAW beserta sahabatnya tidak pernah memberikan maupun mendapat gelar ‘haji’ usai melaksanakan ibadah itu.

Benar, gelar haji yang di Indonesia umumnya disematkan pada orang yang sudah ‘purna’ melaksanakan ibadah haji bukan merupakan ajaran maupun kebiasaan Rasulullah. Gelar tersebut tak lain adalah sebuah peninggalan strategi politik masa Hindia Belanda.

Gelar haji adalah siasat politik Hindia Belanda

Hindia Belanda memberikan gelar ‘haji’ pada umat Muslim yang pulang dari tanah suci usai ibadah haji sebagai bentuk siasat politik. Hal tersebut dilatarbelakangi dari sentimen anti-kolonialisme yang akhirnya mempengaruhi para umat Muslim saat berada di Arab Saudi.

Maka, sebagaimana yang dicatat dalam karya Prof. Dr. Aqib Suminto bertajuk Politik Hindia Belanda Terhadap Islam, disebutkan bahwa respon pemerintah Hindia Belanda terhadap maraknya gerakan-gerakan dari Timur Tengah yang dinilai berlawanan dengan Kolonialisme adalah mencanangkan kebijakan politik Islam.

Baca juga  Puan Buka Peluang Duet Dengan Anies Di Pilpres 2024, Sekjen PDIP: Tentu Saja Ada Koneksitas

Menyematkan gelar haji untuk menandai mereka yang pulang dari Arab Saudi tak luput dari kebijakan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintahan Belanda Staatsblad tahun 1903 tersebut.

Sedangkan mulai dari tahun 1911, pemerintah Hindia Belanda juga membuat kebijakan terkait yakni untuk mengkarantina penduduk pribumi baik saat mau berangkat maupun pulang dari Tanah Suci.

Pemerintah Hindia Belanda menetapkan dua lokasi karantina, yakni Pulau Cipir (sekarang menjadi Pulau Kahyangan di daerah administratif Pulau Seribu) dan Pulau Onrust yang juga masuk ke Kepulauan Seribu di perairan Jakarta.

Para haji yang melawan

Setidaknya pemerintah Hindia Belanda benar di satu hal, yakni muncul banyak ‘haji‘ yang akhirnya berjuang melawan penajajahan melalui siasat dan kecerdasan. Beberapa di antaranya ada KH Ahmad Dahlan yang menghimpun umat Muslim melalui organisasi Muhammadiyah dan KH Hasyim Asy’ari yang mendirikan Nahdlatul ‘Ulama.

Baca juga  Hasil Kualifikasi F1 GP Belgia: Max Verstappen Rebut Pole di Spa

Kritik dari kalangan internal Muslim

Dinukil dari laman suara.comgelar haji yang diberikan usai melaksanakan ibadah haji juga tak luput dari kritik beberapa intelektual Muslim.

Al-Ustadz Hammad Abu Mu’aawiyah hafizhahullah menilai bahwa ada potensi riya’ jika gelar tersebut digunakan sebagai ajang pamer dan mengungkapkan fakta bahwa Nabi Muhammad dan sahabatnya tak pernah memberikan maupun menerima gelar haji.

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *