Bos BI Beberkan Risiko-risiko yang Pengaruhi Perekonomian 2022

Gubernur BI, Perry Warjiyo. (Dokumentasi Humas Bank Indonesia)

jabartrigger.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo tetap optimis perekonomian Indonesia bakal pulih pada tahun 2022. Akan tetapi, ia masih melihat adanya risiko-risiko yang harus diantisipasi agar tak mempengaruhi perekonomian nasional.

Salah satunya, tekanan inflasi pada tahun depan yang bisa membayangi perekonomian nasional tahun 2022. Hal ini, terjadi jika ada penyesuaian harga khususnya di sektor energi dari pemerintah.

Untuk diketahui, BI mengasumsikan tingkat inflasi pada tahun 2022 sebesar 3 plus minus 1 persen.

“Ada beberapa risiko disitu yang harus kita pantau dari waktu ke waktu, risiko ada kemungkinan ada tekanan-tekanan inflasi khususnya paruh kedua tahun depan, kalau terjadi kenaikan angka energi, dan kenaikan permintaan yang cepat,” ujar Perry dalam Rapat Panja dengan Komisi XI DPR RI, melansir suara.com, Senin (29/11/2021).

Selain itu, tambah Perry, ada juga risiko kenaikan nilai tukar rupiah dengan ada rencana Bank Sentral Amerika Serikat untuk mengurangi pembelian obligasi atau tappering off dalam waktu dekat ini.

Baca juga  Utang Luar Negeri Indonesia Tembus 415 Miliar Dolar AS

Dalam hal ini Perry menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 bisa lebih tinggi dibanding 2021. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi di 2022 akan mencapai 4,7-5,5 persen.

Menurut dia, tinggi pertumbuhan ekonomi didorong oleh perbaikan ekonomi global yang berdampak pada kinerja ekspor dan meningkatnya permintaan domestik dari kenaikan konsumsi dan investasi.

Kemudian, pertumbuhan ekonomi ini juga akan didukung oleh vaksinasi, pembukaan sektor ekonomi, dan stimulus kebijakan.

“Sinergi kebijakan yang erat dan kinerja perekonomian tahun 2021 menjadi modal untuk semakin bangkit dan optimis akan pemulihan ekonomi Indonesia yang lebih baik pada tahun 2022,” kata Perry.

Ia juga memperkirakan, tingkat inflasi bakal rendah dan terkendali pada sasaran 3 plus minus 1 persen pada tahun 2022. Hal ini, didukung oleh kenaikan kapasitas produksi nasional melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Baca juga  21 Bank Resmi Sediakan Layanan BI-Fast, Biaya Transfer Cuma Rp2.500

Defisit transaksi berjalan rendah, pada kisaran 1,1-1,9 persen pada 2022,” ucap dia.

Sementara, tutur Perry, stabilitas sistem keuangan juga akan terjaga dengan kecukupan modal tinggi, dan likuiditas melimpah. Sedangkan, dana pihak ketiga dan kredit akan tumbuh 7,0-9,0 persen dan 6,0-8,0 persen pada 2022.

About Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *