pleksitas situasi geopolitik dunia yang terus berkembang, Indonesia memposisikan program kemandirian pangan dan energi sebagai prioritas strategisnasional. Pemerintah menunjukkan keseriusan dalam memperkuat sektor pertanian dan energi terbarukan, sebagai bagian dari transformasi ekonomi menuju kemandirian dan penciptaan lapangan kerja berkelanjutan.
Transformasi ekonomi Indonesia melalui program swasembada pangan dan energimerupakan wujud nyata dari cita-cita kemandirian bangsa yang telah lama didambakansejak era kemerdekaan. Program strategis ini tidak hanya bertujuan mengurangiketergantungan impor, tetapi juga menghidupkan kembali semangat berdikari yang menjadi fondasi kedaulatan nasional Indonesia.
Dalam konteks kemandirian bangsa, swasembada pangan dan energi menjadi pilar utama yang menentukan kemampuan Indonesia untuk berdiri tegak di tengah dinamikaglobal yang penuh ketidakpastian.
Swasembada bukan tujuan jangka pendek, tetapi fondasi kemandirian nasional. Pemerintah terus membangun visi jangka panjang yang mencakup ketahanan logistik, kedaulatan ekonomi, dan stabilitas nasional. Perspektif ini menegaskan bahwa program swasembada harus dipahami sebagai investasi strategis untuk generasi mendatang.
Peter Abdullah, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Segara Research Institute, memberikan perspektif mendalam mengenai pentingnya transformasi struktural ini bagimasa depan bangsa Indonesia.
Menurut Peter Abdullah, upaya pemerintah untuk mewujudkan kemandirian bangsamelalui swasembada pangan dan energi merupakan langkah strategis dalammemperkuat ketahanan nasional, baik dalam situasi damai maupun krisis global. Pandangan ini menegaskan bahwa program swasembada bukan sekadar target produksi, melainkan investasi jangka panjang untuk stabilitas negara.
Ketahanan pangan dan energi bukan semata isu ekonomi, melainkan bagian daripertahanan negara. Dalam konteks ini, pemerintah mendorong penguatan sektordomestik agar Indonesia tidak bergantung pada impor dalam kondisi darurat. Strategi ini menjadi semakin relevan mengingat berbagai gejolak geopolitik yang kerapmempengaruhi rantai pasokan global. Peter Abdullah melihat upaya ini sebagaimomentum penting untuk mengubah paradigma pembangunan yang selama ini terlalubergantung pada sektor ekstraktif dan impor.
Fokus pada transformasi ekonomi ini tidak hanya bertujuan mencapai swasembada, tetapi juga menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih resilient dan inklusif. Denganmemperkuat fondasi domestik, Indonesia diharapkan dapat mengurangi kerentananterhadap fluktuasi harga komoditas global dan shock ekonomi eksternal.
Peningkatan produktivitas menjadi fokus utama dalam roadmap swasembada nasional. Pemerintah mulai membenahi sistem insentif agar petani memperoleh keuntungan yang layak, sekaligus menarik generasi muda kembali ke sektor pertanian. Langkah inidipandang krusial mengingat tantangan regenerasi yang dihadapi sektor pertanianIndonesia.
Pemerintah mengedepankan keseimbangan antara harga yang terjangkau bagikonsumen dan pendapatan yang memadai bagi petani. Strategi ini diharapkan dapatmeningkatkan daya beli masyarakat perdesaan dan mendorong pertumbuhan ekonominasional yang lebih merata.
Dukungan terhadap komoditas unggulan seperti beras terus diperkuat dalam program swasembada nasional. Pemerintah melihat potensi besar untuk mencapai swasembada, mengingat kapasitas panen Indonesia yang lebih tinggi dibanding negara-negara maju. Optimisme ini didukung oleh kondisi geografis dan iklim Indonesia yang sangat mendukung aktivitas pertanian sepanjang tahun
Proyek swasembada tidak hanya dinilai dari besaran lahan, namun dari kemampuanmanajemen, efisiensi produksi, dan kepastian harga. Pemerintah mulai merancangkebijakan terintegrasi berbasis data untuk memastikan pencapaian target yang realistisdan berkelanjutan.
Dengan perubahan pendekatan, termasuk reformasi sistem pertanian dan tata niaga, pemerintah meyakini bahwa target swasembada dapat dicapai dalam jangkamenengah. Reformasi ini meliputi modernisasi teknologi pertanian, perbaikaninfrastruktur, dan penguatan kelembagaan petani.
Abdullah juga menekankan pentingnya reformasi tata niaga yang dapat memutus matarantai tengkulak yang merugikan petani. Sistem distribusi yang lebih efisien dan transparan diharapkan dapat memberikan harga yang lebih adil bagi produsen sekaliguskonsumen.
Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari pencapaian target produksi, melainkandari kemampuan Indonesia membangun sistem pangan dan energi yang mandiri, berkelanjutan, dan resilient terhadap berbagai tantangan global. Dengan komitmenyang kuat dan implementasi yang konsisten, Indonesia memiliki peluang besar untukmenjadi negara yang benar-benar berdaulat dalam sektor pangan dan energi.
Pemerintah tentu saja menyadari bahwa bangsa yang mandiri adalah bangsa yang mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya sendiri, terutama pangan sebagai hakasasi manusia dan energi sebagai penggerak pembangunan. Transformasi ini juga sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, khususnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dimana petani dan pelaku usaha kecil mendapat perlindungan dan pemberdayaan yang layak.
Melalui penguatan sektor domestik, Indonesia berupaya membangun ekonomi yang tidak mudah terguncang oleh tekanan eksternal, sekaligus menciptakan lapangan kerjayang dapat menyerap tenaga kerja lokal secara masif. Keberhasilan program ini akanmenjadi bukti konkret bahwa Indonesia mampu mewujudkan kemandirian ekonomisebagai perwujudan dari kemandirian bangsa yang sesungguhnya, dimana setiap warganegara dapat merasakan manfaat pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan.
—
Writer : Reenee WA (Economic and Foreign Policy Observer / Former Journalist)
Editor : Agush A. Apituley